-->

3 Hadits Ihwal Kontrol Diri (Mujahadah An-Nafs), Arti, Penjelasan

Macam-macam hadis wacana kontrol diri (mujahadah an nafs). Menyambung pada bahan agama islam yang telah kami sampaikan sebelumnya, ya itu wacana pentingnya kontrol diri dan mengendalikan diri, kali ini kami akan membagikan materi, khususnya pada mata pelajaran PAI yaitu wacana hadis wacana kontrol diri atau mujahadah an nafs.

Pada dasarnya ada dua dasar yang sanggup dipakai sebagai dasar dalam memahami wacana pentingnya kontrol diri, yaitu dasar al quran dan al hadis. Jika anda mencari dasar alquran wacana kontrol diir,

Untuk kali ini, kami akan membagikan bahan wacana hadis wacana kontrol diri (mujahadah an nafs). Sumber hadis yang membahas kontrol diri ada beberapa, untuk kali ini, akan kami paparkan 3 hadis wacana kontrol diri. Walaupun hanya ada 3 hadis wacana kontrol diri, kami harap cukup untuk menjawab rasa ingin tau anda wacana kontrol diri, lantaran dalam hadis ini sudah kami lengkapi dengan terjemahan dan makna kandungan hadis wacana kotrol diri. Berikut ini kami berikan klarifikasi satu persatu.


Hadis Pertama wacana Kontrol Diri

Menyambung pada bahan agama islam yang telah kami sampaikan sebelumnya 3 Hadits Tentang Kontrol diri (Mujahadah an-Nafs), Arti, Penjelasan

Makna Kata dalam Hadis
Menyambung pada bahan agama islam yang telah kami sampaikan sebelumnya 3 Hadits Tentang Kontrol diri (Mujahadah an-Nafs), Arti, Penjelasan

Terjemahan Hadis :
Dari Abu Hurairah r.a.: "Rasulullah saw. bersabda: Orang yang berpengaruh bukanlah orang yang (biasa menang) ketika bertarung/bergulat, tetapi orang berpengaruh itu ialah yang (mampu) mengendalikan nafsunya ketika marah." (H.R. Bukhari dan Muslim)

Kandungan Hadis wacana Kontrol Diri.
Setelah membaca terjemahan hadis di atas, ada beberapa makna yang terkandung untu sanggup dipetik sebagai pelajaran bagi kita semua.
a. Islam memberi pengertian yang berbeda wacana siapa orang yang sanggup diberi julukan sebagai orang yang berpengaruh atau tangguh. Mereka bukan yang selalu menang ketika bertarung
berkelahi, atau bergulat.

b. Pentingnya kontrol atau mawas diri ketika meniti kehidupan Di dunia ini, kita sadari bahwa banyak godaan dan rintangan yang mengelilingi hidup keseharian kita. Apalagi bagi yang hidup di kota-kota besar yang sering berhimpitan dengan banyak kepentingan yang berbeda-beda.

c. Kemenangan dan keberhasilan hanya sanggup diraih oleh orang orang yang bisa mengendalikan dirinya, meredam hawa nafsunya ketika marah, dan selalu meningkatkan kesabaran ketika ditimpa musibah, masalah, dan murung nestapa

Hadis Kedua wacana Kontrol Diri


إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ

Artinya : “Jika kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad dan Syuaib Al-Arnauth menilai Hasan lighairih).

Hadis Ketiga wacana Kontrol Diri

لَا يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِاللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
artinya : "Janganlah salah satu diantara kalian mati, kecuali berprasangka baik terhadap Allah." (Muslim)

Melawan Hawa Nafsu

Di dunia ini hanya ada dua jalan, yaitu jalan kebenaran dan jalan hawa nafsu. Jalan kebenaran ialah petunjuk yang diturunkan oleh Allah swt., sementara jalan hawa nafsu merupakan jalan yang diprakarsai oleh setan dan nafsu yang terhujam di dalam diri masing masing. Keduanya merupakan musuh insan yang harus diperangi dan dikendalikan. Melawan hawa nafsu berarti mengikuti jalan Allah swt. dengan penuh perhitungan dan kesabaran. Itulah sebabnya setiaporang harus mempunyai kontrol diri yang kuat.

Hawa nafsu berarti kecenderungan insan pada kasus yang disukai dirinya. Orang yang lebih mengikuti impian hati yang jelek atau yang telah diharamkan oleh aturan syariat, itulah orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya. Perbuatan ini harus dijauhi lantaran merupakan pangkal kemakslatan, sumber malapetaka, dan kemungkaran. Orang ang berbuat demikian akan tersesat dari jalan kebenaran dan dikenai siksa di alam abadi kelak. Oleh lantaran itu, hawa nafsu harus dikekang dan dikendalikan, Ingat, hanya dikendalikan, bukan mematikan nafsu. Islam menekankan bahwa nafsu itu bukan untuk dibunuh, melainkan untuk dijaga dan dikendalikan. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah saw yang sangat menekankan jihad batin, maknawi, atau jihad melawan hawa nafsu.

Rasulullah saw. mengingatkan kita untuk meninggalkan satu peperangan, satu perjuangan, atau satu jihad yang kecil menuju sebuah usaha atau jihad yang besar, yaitu jihad melawan hawa nafsu. Orang yang berperang melawan nafsu, tampak menyerupai duduk duduk saja, tidak menyerupai orang lain yang mungkin bisa dengan bebas beraktivitas atau berekspresi, tetapi sesungguhnya ia sedang menciptakan rencana kerja, langkah yang besar, yakni berjihad melawan haw yang bersemayam di dalam dirinya.

Pada hakikatnya, melawan hawa nafsu atau mujähadah an-nafs itu sangat susah. la laksana perang melawan diri, sebuah pertarungan yang tiada henti, dan berlangsung sepanjang ruh bersemayam di tubuh Berbeda dengan perang melawan pihak lain lantaran sasarannya terperinci dan tampak dengan terperinci pula pihak yang menang atau sebaliknya yang kalah. Mungkin apabila nafsu itu ada di luar jasad atau sanggup diindra kita akan gampang menekan dan membunuhnya hingga mati, namun nafsu itu ada dalam diri kita dan mengalir bersama aliran darah serta menguasai seluruh tubuh. Karena itu, tanpa azzam (tekad kuat) dan kemauan yang sungguh-sungguh kita niscaya sanggup dikalahkan, bahkan boleh jadi akan dipermainkan atau diperalat sesukanya. Nafsu jahat sanggup dikenal melalui sifat keji dan kotor yang ada pada manusia.

Imam Al-Ghazali membagi hawa nafsu menjadi empat bagian, yaitu:
a. Keserakahan nafsu terhadap harta benda. Bersyukurlah apabila menjadi orang kaya atau jikalau mempunyai kedudukan dan sanggup dimanfaatkan untuk kepentingan banyak orang dan memakmurkan rakyat
b. Nafsu amarah yang akan membutakan hati. Cara terbaik mengendalikannya ialah berusaha selalu bersabar dalam menghadapi kemarahan dan kezaliman orang lain, bersikap lapang dada, suka memaafkan, dan bermurah hati.
c. Kesenangan duniawi mendorong nafsu. Manusia selalu diingatkan biar tidak terjerumus akan kesenangan duniawi lantaran hal itu akan mendorong nafsu menjadi liar.
Nafsu syahwat. Setan menarik hati insan melalui banyak sekali cara antara lain melalui harta, pasangan, dan takhta (kekuasaan). Akibatnya, tidak sedikit insan yang hancur dan rusak kehidupannya lantaran hanya mencari kesenangan dunia semata

Sejalan dengan itu, beberapa prinsip berikut ini sanggup dijadikan sebagai landasan dalam jihad atau berjuang melawan hawa nafsu menahan atau menyekat sumber kekuatannya, membebankan nafsu itu dengan ibadah, beribadah semata-mata mengharapkan ridha-Nya melalui memperbanyak amal shaleh, contohnya rajin belajar, mencinta pekerjaan, menebarkan kedamaian untuk semua, dan tidak lupa berdoa meminta santunan Allah swt. untuk mengalahkannya, lantaran doa itu salah satu kunci menuju kesuksesan.

Dapat kita tarik kesimpulan bahwa orang-orang yang sanggup melawan hawa nafsu ialah mereka yang beriman kepada Allah swt. dan hari akhir. Inilah kekuatan yang ada dalam diri umat Islam Keyakinan dan prinsip tersebut menciptakan kita sebagai umat Islam menjadi golongan yang sanggup untuk menghindari kenikmatan sesaat demi mendapat kebahagiaan jangka panjang yang kekal nan abadi, yaitu kebahagiaan akhirat.

Sahabat Rasulullah saw. Abdullah lbnu Abbas r.a. menyampaikan "Orang-orang yang ber-mujahadah untuk melaksanakan ketaatan, maka Allah swt. akan tunjukkan kepada mereka jalan pahala dan keagungan rahmat-Nya.

0 Response to "3 Hadits Ihwal Kontrol Diri (Mujahadah An-Nafs), Arti, Penjelasan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1


Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel